Jakarta. Raksasa e-commerce Indonesia Bukalapak telah mengincar jutaan mitra penjual untuk berpartisipasi dalam penawaran umum perdana perusahaan senilai $ 1,5 miliar, terbesar di negara itu dalam satu dekade.
Bukalapak menggelar penawaran umum yang mengundang penjual, mitra, dan masyarakat untuk menjadi pemegang saham jelang penawaran umum perdana perusahaan pada hari Jumat.
Perusahaan berusaha untuk mengumpulkan 21,9 triliun rupee ($ 1,5 miliar), dengan menawarkan hingga 19,3 miliar saham baru, atau 25 persen dari modal saham yang diperluas perusahaan, dengan harga masing-masing 750 rupee hingga 850 rupee. Ini akan menjadi penawaran umum perdana terbesar dalam lebih dari satu dekade sejak Adaro Energy mengumpulkan 12,2 triliun rupee pada 2008.
Debut ini akan menjadi tonggak sejarah dalam bisnis Indonesia, karena Bukalapak, yang didirikan lebih dari satu dekade lalu, akan menjadi perusahaan teknologi unicorn pertama di Indonesia yang memasuki pasar saham negara.
Rahmat Qaimuddin, CEO Bukalapak, mengatakan perusahaan mendorong 8 juta penjual independen di platformnya untuk berpartisipasi dalam acara tersebut.
“Kami mengajak para seller dan partner yang selama ini bergelut dengan Bukalapak untuk menjadi bagian dari IPO Bukalapak,” kata Rachmat.
Dia mengatakan IPO merupakan tonggak penting dalam perjalanan perusahaan untuk memberdayakan masyarakat perkotaan dan pedesaan di seluruh Indonesia.
Perusahaan berencana menggunakan dua pertiga dari laba per saham, untuk modal kerja perusahaan sementara sisanya diinvestasikan di anak perusahaan, termasuk Buka Mitra Indonesia dan Buka Usaha Indonesia, yang fokus pada digitalisasi kios kaki lima di seluruh Indonesia.
“Kami berharap IPO ini bisa menambah modal kerja kami sehingga kami bisa fokus dan mempercepat semua rencana kami,” kata Rechmat.
Bukalapak berencana untuk terus memperluas audiens penggunanya dengan berfokus pada bercabang ke lebih banyak daerah pedesaan.
Data perseroan menunjukkan 70 persen transaksi online terjadi di kota-kota Tier 1 – Jakarta, Surabaya, Maidan, dan Semarang – yang mencakup 10 persen populasi Indonesia. Rahmat mengatakan memanfaatkan sisa 90 persen penduduk merupakan tujuan besar mereka ke depan.
Fokus UKM الشركات
Pendapatan Bukalapak tumbuh 26 persen menjadi Rp 1,35 triliun tahun lalu dari Rp 1,08 triliun pada tahun sebelumnya, menunjukkan ketahanan model bisnisnya di tengah pandemi.
Rashmat mengaitkan kinerja tersebut dengan model bisnis perusahaan yang berfokus pada pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Bukalapak menyebut dirinya sebagai platform “Semua-Niaga”, dan berencana untuk memikat konsumen offline ke dalam konsumsi online, yang mengarah ke ekonomi yang lebih adil untuk semua.
“Peluang baru ini tidak hanya membantu masyarakat menahan dampak ekonomi dari pandemi, tetapi juga menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang positif bagi masyarakat,” katanya.
Dia mengatakan Bucallapak membantu 4 juta usaha kecil membuka toko tahun lalu. Banyak dari usaha kecil dan menengah ini adalah kios milik keluarga. Untuk setiap 50-100 rumah tangga, satu orang atau keluarga membuka toko di rumahnya dan menjual barang kebutuhan pokok fast moving consumer goods (FMCG) seperti air, sabun, kopi, mi instan, dll. kata Rashmat.
Bukalapak membantu bisnis ini dengan menghubungkan mereka dengan produsen atau pemasok besar dan menyediakan mereka dengan platform akuntansi digital, yang memungkinkan mereka untuk mengakses pinjaman bank jika mereka memutuskan untuk memperluas bisnis mereka. Platform digital Bukalapak juga memungkinkan perusahaan kecil ini menjual produk digital, mulai dari pulsa hingga tiket pesawat.
Selain itu, pendekatan disiplin Bukalapak terhadap bisnis juga menyebabkan tingkat burn-out modal yang rendah. Kerugian perseroan tahun lalu menyusut menjadi Rp 1,35 triliun dari tahun sebelumnya Rp 2,79 triliun.
Laporan keuangan Bukalapak menunjukkan bahwa perusahaan menghabiskan Rp 1,52 triliun untuk penjualan dan pemasaran dan Rp 1,49 triliun untuk beban umum dan administrasi pada tahun 2020, dibandingkan dengan masing-masing sebesar Rp 2,32 triliun dan Rp 1,27 triliun pada tahun 2019.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”