KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Usaha kecil di Indonesia semakin kuat seiring dengan meningkatnya musim kampanye pemilu yang meningkatkan permintaan akan hadiah
Economy

Usaha kecil di Indonesia semakin kuat seiring dengan meningkatnya musim kampanye pemilu yang meningkatkan permintaan akan hadiah

JAKARTA – Di lantai dua sebuah rumah di Jakarta Selatan, seorang pekerja asyik mengaplikasikan tinta cetak berwarna kuning pada bendera biru berukuran 6 meter persegi seukuran dua kasur berukuran queen.

Kemudian kedua rekannya membantunya mengangkat dan melipat kain bertuliskan nama dan logo Partai Nasdim, sebelum digantung hingga kering.

Di bengkel lain yang terletak di dekat rumah, dua pekerja mencetak bendera partai yang lebih kecil menggunakan mesin press, sementara empat pria lainnya menjahit bendera dan mengemas bahan-bahannya untuk dikirim.

Ketika musim kampanye pemilu Indonesia pada bulan Februari 2024 dimulai, pesanan bendera, spanduk, kaos oblong, dan barang-barang lainnya dari 18 partai politik yang berpartisipasi dalam pemilu berdatangan ke usaha-usaha kecil berbasis rumahan tersebut.

Pada tanggal 14 Februari, masyarakat Indonesia akan memberikan suara mereka untuk memilih presiden dan wakil presiden berikutnya, serta anggota parlemen di tingkat nasional dan regional, dalam pemilu satu hari terbesar di dunia. Sekitar 204,4 juta orang berhak memilih.

Pengusaha Sakon Noorwanto, dengan bantuan 20 karyawan, membuat sekitar 3.000 bendera dengan berbagai ukuran mulai jam 8 pagi hingga tengah malam setiap hari.

Bendera terkecil, berukuran 54 sentimeter persegi, dijual seharga 5.000 rupee (43 sen Singapura), sedangkan bendera terbesar – seperti bendera biru – dijual seharga 55.000 rupee.

Salah satu tantangan dalam pekerjaannya yang membuat bendera ormas pada hari biasa adalah memastikan nama calon dieja dengan benar.

“Jika kami kehilangan satu huruf saja, kami harus mengganti bendera yang rusak tersebut dengan yang baru. Bendera tersebut sudah tua dan sama sekali tidak berguna,” kata ayah dua anak berusia 55 tahun ini kepada The Straits Times.

READ  Resensi Buku: Novel Indonesia 24 Jam bersama Jaspar memadukan fiksi detektif dan fiksi ilmiah

Tantangan besar lainnya adalah berurusan dengan pelanggan. “Penipuan biasa terjadi. Pelanggan mungkin memesan dalam jumlah besar, tetapi mereka tidak membayar.”

Tantangan seperti ini dapat menimbulkan kerugian besar bagi Sakon, yang didirikan pada tahun 1999. Pada tahun tersebut, Indonesia menyelenggarakan pemilu pertama yang bebas dan demokratis setelah jatuhnya Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998.

Empat puluh delapan partai politik ikut serta dalam pemilu ini, yang merupakan lompatan besar dibandingkan dengan hanya tiga partai politik dalam pemilu yang diadakan antara tahun 1982 dan 1997.

Namun bisnis Pak Sakon hanya menerima pesanan 1 juta spanduk pada pemilu 2019 dari Partai Birkarya, yang didirikan oleh Hutomo Mandala Putra, putra bungsu Suharto, pada tahun 2016. Ia kehilangan kendali atas partai tersebut pada tahun 2020 karena masalah internal. .

Tidak ada angka resmi mengenai nilai perdagangan perlengkapan pemilu saat ini di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia tersebut.

Wakil Ketua Partai, Girindra Habipurukhman mengatakan, pada pemilu 2019, ia menghabiskan dana hingga Rp 2 miliar, yang sebagian ia gunakan untuk membeli barang-barang seperti kaos, saat ia mencalonkan diri menjadi anggota parlemen, demikian yang dilaporkan surat kabar nasional Kompas. tersebut.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."