Oleh Afar Satria, Rainer Nathaniel, Zaki Berian dan Rauf Usman (The Jakarta Post)
Premium
Sharm-el-Sheikh, Mesir ●
Kamis, 10 November 2022
Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP27) di Sharm-el-Sheikh, Mesir, sering digambarkan sebagai bentrokan antara negara-negara berkembang dan negara-negara kaya, karena negara-negara miskin berpendapat bahwa negara-negara kaya harus membayar kompensasi atas kerusakan yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca bersejarah. emisi.
Ini adalah masalah besar dan pertemuan di Jerman pada 12Th Dialog Iklim Petersburg (PCD12) musim panas ini menggarisbawahi jurang kaya-miskin yang sangat besar di mana negara-negara peka iklim yang berisiko, sebagian besar negara berkembang, merasa sulit untuk menangani kerusakan iklim.
Namun, kesuraman itu terlalu dibesar-besarkan, karena COP27 menghadirkan peluang penting bagi negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah untuk menunjukkan jalan menuju transisi energi bersih, yang akan membantu negara berkembang seperti Indonesia mengatasi emisi karbon dan PBB. Menargetkan isu-isu perubahan iklim.
Baca cerita lengkapnya
BERLANGGANAN SEKARANG
Mulai dari Rp 55.500/bulan
- Akses tak terbatas ke konten web dan aplikasi kami
- E-Post adalah surat kabar digital harian
- Tidak ada iklan, tidak ada interupsi
- Akses eksklusif ke acara dan program kami
- Berlangganan buletin kami
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”