- Awal musim kemarau di provinsi Riau Indonesia telah menyaksikan banjir yang meluas, beberapa di antaranya diyakini sengaja dibuat.
- Lebih dari 1.000 hektar (2.500 hektar) lahan telah terbakar sepanjang tahun ini, meningkat tajam dari 169 hektar (417 hektar) dalam tiga bulan hingga 2022.
- Jumlah kebakaran telah mendorong pemerintah provinsi untuk menyatakan keadaan darurat dan menyerukan tindakan darurat, termasuk penyemaian awan untuk menginduksi hujan.
- Polisi telah menangkap sembilan orang atas dugaan pembakaran; Meskipun praktik ini dilarang oleh undang-undang, petani dan operator perkebunan sering menggunakan api sebagai alat murah untuk menghancurkan konsesi mereka sebelum menanam.
JAKARTA – Kebakaran berkobar saat musim kemarau dimulai di Provinsi Riau, Indonesia, pusat musim kebakaran abadi di Sumatera.
Pada akhir Maret, hampir 169 hektar (417 hektar) lahan telah terbakar di Ria, di mana sebagian besar hutan dan lahan gambut telah dibakar untuk membuka jalan bagi perkebunan kelapa sawit dan pohon pulp.
Namun, sejak itu, skala api telah meningkat Lebih dari 1.000 hektar (2.500 hektar) Menurut data dari Badan Mitigasi Bencana provinsi, atau BPBD, lahan yang terbakar – area tiga kali ukuran Central Park Kota New York.
Menanggapi kebakaran yang semakin intensif, lebih dari setengah dari 12 kabupaten dan kota di Ria telah menyatakan keadaan darurat kebakaran hutan dan lahan. Untuk mencegah munculnya titik api baru dan penyebaran kebakaran saat ini, BPDP telah menyerukan upaya penyemaian awan untuk menginduksi hujan, helikopter patroli dan pembom air untuk melawan api.
Riau, koordinator upaya penyemaian awan di Tukiya, mengatakan telah terjadi peningkatan jumlah titik panas di provinsi itu sejak awal Juli.
“Itulah mengapa perubahan iklim terulang di Riya sekarang,” katanya seperti dikutip Media lokal.
Salah satu kabupaten yang paling parah terkena dampak kebakaran adalah Rogan Hilir, di mana lebih dari 100 hektar (250 hektar) telah terbakar. Menurut Wakil Bupati Rogan Hilir Sulaiman, sulit memadamkan api di musim kemarau.
“Ini sakit kepala,” katanya. “Selain hutan, airnya juga hilang.”
Sulaiman mengatakan dia telah menerima laporan dari petugas pemadam kebakaran tentang beberapa kebakaran di dalam konsesi kebun.
Kabupaten lain yang terkena dampak wabah saat ini adalah tetangga Rogan Hulu.
Hutan seluas 7 hektar (17 hektar) di perbukitan desa Suka Maju di kabupaten itu baru-baru ini dilalap api, kata Teddy Noferi Samosir, seorang perwira tentara yang ditempatkan di sana.
“Pertama, kami melihat kepulan asap yang berasal dari daerah perbukitan,” katanya Media lokal. “Setelah kami tiba [to the scene]Hutan [there] sudah terbakar.”
Teddy mengatakan, ada indikasi api sengaja dinyalakan, karena ditemukan jerigen di area yang terbakar dan vegetasi di sana tampak sudah musnah sebelum kebakaran.
Karena medan berbukit dan kurangnya sumber air di dekatnya, petugas pemadam kebakaran kesulitan memadamkan api, kata Teddy. Menurutnya, banyak semak yang mudah terbakar.
“Kami hanya bisa memadamkan api secara manual karena tidak ada sumber air,” katanya. “Akses ke lokasi juga penting.”
Badan Meteorologi Provinsi, BMKG Pekanbaru, mengatakan musim kemarau di Ria akan ringan karena La Nina, fenomena cuaca yang diperkirakan akan membawa hujan lebat akhir tahun ini. Musim kemarau akan berlangsung hingga Agustus, kata BMKG.
“Akan ada perubahan [from the dry to the rainy season] Mulai September hingga Oktober,” kata Koordinator Data dan Informasi BMKG, Marzuki. “Mungkin musim hujan akan dimulai pada akhir Oktober.”
Menanggapi kebakaran tersebut, polisi Riau menangkap sembilan tersangka pelaku pembakaran. Sebagian besar kebakaran yang mereka hubungkan dianggap kecil, kurang dari 5 hektar (12 acre). Namun dua orang diduga menjadi penyebab kebakaran seluas 107,5 hektar (266 hektar) di Kabupaten Indragiri Hilir.
“Komitmen kami jelas. Riau harus terhindar dari bencana kabut asap” dikatakan Kapolda Riau Muhammad Iqbal.
Gambar spanduk: Petugas pemadam kebakaran dari Badan Penanggulangan Bencana Beganbaru bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk memadamkan api di hutan lindung yang berbatasan dengan masyarakat setempat di Rumbai Besisir, Beganbaru, Riau. Gambar oleh Wahyudi/Mongabay Indonesia.
Komentar: Gunakan Format ini Kirim pesan ke penulis posting ini. Jika Anda ingin memposting komentar publik, Anda dapat melakukannya di bagian bawah halaman.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”