KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Dogelik Films menawarkan pandangan mendalam tentang praktik budaya Indonesia
entertainment

Dogelik Films menawarkan pandangan mendalam tentang praktik budaya Indonesia

Kehidupan sosial dan kemeriahan wilayah Toraja di Indonesia adalah subjek dari proyek audiovisual baru dari Dogmilk Films yang akan ditayangkan di Melbourne bulan depan.

Disutradarai dan diedit oleh Waho Al-Mardani dan Chris Cochranes Friedrich. Bulan bersinar dan kotoran di semua lingkaran di bawah sinar matahari Lebih dari 4.000 video akan ditampilkan secara bersamaan di empat saluran sebagai bagian dari pengalaman mendalam yang dirancang untuk memberikan wawasan tentang acara komunitas publik dan pribadi di wilayah tersebut.

Terletak di provinsi Sulawesi Selatan, Toraja terkenal dengan upacara pemakamannya yang khas, di mana almarhum disimpan di rumah keluarga dan dirawat sampai klan dapat membayar upacara pemakaman yang layak, yang dapat berlangsung hingga tujuh hari.

Empat tahun lalu, sebuah tim dari Dogmilk Films melakukan perjalanan ke Makassar dengan tujuan untuk mendokumentasikan ritual tersebut, namun ternyata ada kru film lain yang memiliki minat yang sama.

Videografer dan penyiar Delta Sangalla’ TV (DSTV) telah merekam praktik budaya masyarakat Dataran Tinggi sejak 2006, rekaman yang sejak itu menarik khalayak yang lebih luas melalui pembuatan jaringan televisi kabel dan saluran YouTube khusus.

Setelah menghubungi DSTV selama perjalanan pertamanya, Dogmilk Films kembali ke Makassar pada tahun 2019 dan membuat Sipakatuo (Memuliakan Satu Sama Lain) – program pertukaran budaya yang dirancang untuk menghubungkan praktisi audio dan layar antara Australia dan Indonesia.

Film ini menampilkan cuplikan dari wilayah Toraja.

Kemitraan koperasi selanjutnya akan menjadi dasar untuk Bulan dan kotoran bersinar di semua kalangan, yang secara eksklusif terdiri dari klip oleh fotografer DSTV Victor Kunda, Iggy Tunaba, Edouard Kevin Ada, Paul Tandiayo dan Arnold Serendin Suisa.

Film ini disertai dengan seri wawancara online yang menghadirkan kontributor proyek dalam percakapan dengan seniman, aktivis, dan peneliti.

READ  Industri film Indonesia merayakan Busan Renaissance

Diproduksi oleh Sam Heweson dari Dogmilk Films, dengan tim kreatif yang dipilih oleh perancang suara Josh Peters dan peneliti dan penerjemah Afifa Tasya.

Hewisson mengatakan kepada IF bahwa kontribusi pembuat film Indonesia telah tumbuh dengan mantap sepanjang proyek, terutama karena pandemi telah mencegah Dojimlik untuk bepergian lagi ke negara itu.

“Setelah dua kali perjalanan, kami mencoba untuk mendapatkan beberapa pembuat film Indonesia, dan ketika kami bertemu dengan kru dari DSTV, kami mulai bertukar gambar dan ide.

“Sejak pandemi, kami tidak dapat melanjutkan syuting barang-barang kami, jadi kami pikir ini adalah kesempatan yang baik untuk melanjutkan hubungan kreatif dengan pembuat film Makassar dengan membuat film dari arsip besar yang diperoleh DSTV.”

Dia mengatakan film itu adalah “satu iterasi” dari sebuah ide, dengan Dougmelec terus berencana untuk menggunakan apa yang ditangkap kru mereka selama penerbangan.

“Kami masih berharap bisa membuat film sendiri dari footage kami, sambil juga memasukkan footage DSTV,” katanya.

“Di satu sisi, ini adalah batu loncatan dan eksperimen menuju film fitur yang lebih besar.”

Akan ada lima pertunjukan dari Bulan bersinar dan kotoran di semua lingkaran di bawah sinar matahari Sampai 11 dan 12 Desember di Binatu Magdalen Utara Abbotsford Abbey. Pertunjukan dilakukan dalam kemitraan dengan Asialink Arts yang didukung oleh Creative Victoria. Cari tahu informasi lebih lanjut di sini.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."