KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Fokus pada distribusi Indonesia di pasar Busan
entertainment

Fokus pada distribusi Indonesia di pasar Busan

Distribusi di Indonesia menjadi topik diskusi hangat di Busan International Film Festival untuk pasar konten dan film Asia.

Dengan jumlah penduduk sebesar 277 juta jiwa, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Namun, secara geografis negara ini merupakan negara kepulauan, dan jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya, negara ini hanya memiliki 2.300 layar bioskop. Meskipun demikian, box office sedang booming. Jumlah total pasien pada tahun 2022 melampaui angka sebelum pandemi pada tahun 2019, dengan lebih dari 54 juta pasien masuk. Indonesia juga beroperasi dengan model distribusi yang unik dimana tidak ada distributor independen. Sebaliknya, para produser berhubungan langsung dengan tiga bioskop besar di negara tersebut dan beberapa bioskop kecil di kota-kota lapis kedua dan ketiga.

“Negara ini terbentang dari Dublin hingga Istanbul, tapi kami hanya memiliki 2.300 layar,” kata produser Anja Doimas Sasangko dari Vizenima, yang filmnya “Ali Topan” diputar di Busan. Sasangko berbicara di panel distribusi Indonesia yang juga menampilkan produser Base Shanti Haramin dan sutradara serta produser Eva Esfansyah, yang serial Netflix-nya “Cigarette Girl,” disutradarai oleh Camila Andini dan diproduksi oleh Base, mengudara di Busan.

Sasangko menyerukan lebih banyak investasi dalam bisnis distribusi teater. “Lebih baik kamu berinvestasi di Indonesia, daripada membawa filmmu ke Indonesia,” kata Sasangko. Haramin menambahkan bahwa pintu tersebut terbuka karena kebijakan pemerintah yang berwawasan ke depan pada tahun 2016 yang mendorong investasi asing langsung di sektor ini, sehingga mendorong kedatangan perusahaan pameran global, CJ-CGV Korea dan Cinepolis Amerika Latin, untuk bergabung dengan Cinema 21 yang merupakan pemimpin pasar. . .

Esfansyah mengaku memperlakukan mitra produksinya sebagai distributor. Ia mencontohkan film pemenang penghargaan Toronto dan Laut Merah tahun 2021 “Yuni” yang disutradarai dan diproduksi oleh Andini, dikirimkan sebagai potongan kasar kepada rekan produksi lokal yang mengeditnya kembali agar sesuai dengan selera orang Indonesia, menambahkan sub-sub. . Konspirasi. Film ini sukses besar di box office.

READ  ASEAN-Korean Center meluncurkan seri wawancara 'Isu ASEAN' musim kedua

beragam Ia juga berbicara secara terpisah dengan sekelompok tokoh Indonesia terkemuka di Busan mengenai skenario distribusi film independen lokal. “Skenario yang paling mungkin adalah terus mengandalkan bioskop, streaming, dan komunitas film lokal sebagai cara terbaik untuk menjangkau penonton,” kata Maqbool Mubarak, sutradara film “Autobiography” pemenang penghargaan Venesia. Mudah-mudahan suatu hari nanti akan ada cukup banyak film independen yang diproduksi agar distribusinya bisa berkembang.

“Saya percaya bahwa spanduk bukanlah kebalikan dari teater. Mereka saling melengkapi dan saling memberi informasi tentang praktik dan hubungannya dengan penonton. Tumbuh sebagai sebuah industri berarti memperhatikan pertumbuhan seluruh aspek dan pemain di industri tersebut,” tambah Produser “Otobiografi” Yuliya Ivina Bhara.

“Di atas kertas, setiap film punya peluang dan semua film Indonesia adalah ‘independen’,” kata Molly Suriya, yang filmnya What They Don’t Talk About When They Talk About Love diputar di Busan sebagai bagian dari fokus festival di Indonesia. Namun memasarkan negara kepulauan dengan begitu banyak subkultur yang berbeda merupakan sebuah tantangan. “Salah satu aspek yang paling menantang adalah jaringan bioskop Indonesia yang seringkali tidak mengalokasikan cukup ruang atau layar untuk film-film independen,” tambah Yosip Angie Nguyen yang filmnya 24 Hours with Gaspard berkompetisi di Busan.

Di sisi lain, Dekan Bioskop Independen Joko Anwar mengatakan, “Pemilik bioskop biasanya memberikan kesempatan kepada semua film (bahkan yang bernilai komersial kecil) untuk ditayangkan di bioskop dengan layar terbatas, dan ini bisa diperluas jika mereka mendapatkan tingkat hunian yang tinggi.” Film Anwar “Impetigore” juga diputar di Busan sebagai bagian dari fokus di Indonesia.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."