JAKARTA (ANTARA) – Indonesia dan Arab Saudi sedang mencari cara untuk mengurangi waktu tunggu haji, kata Kementerian Agama.
“Saat ini, otoritas Saudi dan Indonesia sedang mendiskusikan cara yang paling tepat untuk mengurangi daftar tunggu haji di seluruh dunia, termasuk di Indonesia,” kata Hilman Latif, direktur jenderal haji dan umrah kementerian, dalam diskusi online FMB9, Senin.
Latif mencontohkan, dalam konferensi haji yang baru-baru ini diadakan di Arab Saudi Januari lalu, beberapa usulan diajukan untuk mengurangi waktu tunggu haji.
Dua proposal pertama termasuk menaikkan kuota tahunan untuk haji dari saat ini 2-3 juta dan mendirikan tenda dua lantai di Mina – tempat jamaah tinggal sepanjang hari untuk melakukan ritual.
“Saya melihat tenda didirikan di Mina, meskipun masih menjadi isu di kalangan ulama Saudi yang memperdebatkan apakah tenda dapat didirikan (menjadi dua tingkat) atau dibenarkan oleh hukum Islam atau tidak,” jelas Latif.
Rencana selanjutnya adalah mengurangi waktu bermalam di Mustalifa menjadi hanya beberapa jam ke lokasi Jamarat — tempat terjadinya rajam setan — untuk mengatur keluar masuknya jemaah haji.
“Masalahnya adalah bagaimana mengatur kedatangan jemaah dari berbagai negara ke situs Jamarat sebelum mereka kembali ke hotel mereka,” kata pejabat tersebut.
Ia menegaskan, belum semua proposal proyek bersifat final karena banyak aspek yang perlu dievaluasi lebih lanjut.
221 ribu jemaah haji telah dialokasikan ke Indonesia untuk musim haji 2023. Mewadahi 203.320 jemaah haji reguler dan 17.680 jemaah haji khusus.
Total alokasi tersebut meliputi 190.897 jemaah haji reguler, 10.166 jemaah prioritas lanjut usia, 685 pemandu haji dan umrah serta 1.572 pejabat daerah untuk haji.
Berita terkait: Kementerian mengeluarkan perintah alokasi jamaah haji menurut provinsi
Berita terkait: Saudi tegaskan kesiapan bandara Kertajati melayani penerbangan haji