Oleh karena itu, pembiayaan merupakan salah satu cara untuk menekan biaya tersebut. Bagaimana kita bisa menyusun pendanaan seperti itu?
JAKARTA (ANTARA) – Indonesia membutuhkan dana Rp6.500 triliun untuk membangun infrastruktur hingga 2024, menurut Luki Alfirman, Direktur Jenderal Keuangan dan Manajemen Risiko Kementerian Keuangan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hanya dapat memenuhi 42 persen dari total dana, sedangkan sisanya berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta, kata Alfirman di sini, Jumat.
“Jadi pembiayaan adalah salah satu cara untuk menekan biaya-biaya tersebut. Bagaimana kita bisa merancang pembiayaan,” kata Alfirman di sela-sela seminar Infrastructure Roundtable (IIR) T20 edisi ke-23.
Diluncurkan oleh G20 pada tahun 2012, Think20 (T20) Engagement Group adalah independen dari pemerintah nasional dan termasuk think tank bergengsi dan akademisi dari komunitas internasional.
Alfirman mengatakan, saat ini pemerintah terus mengundang pendanaan dari swasta. Hal ini dibahas selama kepresidenan G20 Indonesia, terutama untuk meningkatkan partisipasi sektor swasta, karena pemerintah tidak dapat menanggung semua biaya pembangunan.
Berita terkait: Jokowi kaji pembangunan infrastruktur Nias untuk membuka daerah terpencil
Berinvestasi dalam infrastruktur adalah upaya jangka panjang dan membutuhkan komitmen untuk proyek yang diinvestasikan.
Oleh karena itu, Kemenkeu terus memastikan risiko yang ada tetap terkelola sehingga investor khususnya investor domestik tertarik untuk menanamkan modalnya di proyek infrastruktur.
“Kami merancang untuk meminimalkan risiko ini karena berkaitan dengan harga yang harus kami bayar nanti,” katanya.
Calon investor umumnya cenderung melihat kondisi politik dan prospek ekonomi Indonesia sebelum berinvestasi pada proyek infrastruktur di dalam negeri, tambahnya.
Oleh karena itu, kata dia, stabilitas kondisi politik dan perbaikan ekonomi domestik menjadi penting untuk menarik investasi asing.
Berita terkait: Widodo meninjau infrastruktur jalan di Pulau Nias
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”