- Indonesia tidak memiliki uang untuk membangun Bank Ikan Nasional atau pelabuhan Amban yang baru, dua proyek infrastruktur yang dijanjikan oleh pemerintah pusat di provinsi Maluku, seorang menteri mengumumkan bulan lalu.
- Hambatan untuk proyek Bank Ikan Nasional berkaitan dengan lokasi yang dipilih di dekat gunung berapi bawah laut dan dekat tambang yang ditinggalkan selama Perang Dunia II.
Pada bulan April, Menteri Perikanan Indonesia Shakti Wahu Trengo mengumumkan bahwa tidak akan ada pendanaan dari APBN 2022 untuk membangun pelabuhan baru di provinsi Maluku, Bank Ikan Nasional, atau ibu kota provinsi, Ambon. Dua proyek infrastruktur nasional telah menyebabkan kegemparan di provinsi Indonesia timur, yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke sana pada Maret 2021.
Akan menjadi Bank Ikan Nasional Pusat perikanan terpadu atau pelabuhan Terminal peti kemas internasional dan domestik, terminal gas alam cair dan pembangkit listrik dengan kapal khusus sepanjang satu kilometer, serta gedung pelelangan dan pemrosesan ikan.
Ini Untuk kedua kalinya dalam 10 tahun Proyek Bank Ikan Nasional ditunda oleh pemerintah pusat. Proyek ini pertama kali diusulkan di bawah pemerintahan pendahulu Widodo Susilo Bambang Yudhoyono. Kali ini, seruan dari provinsi di luar dua zona waktu dari ibu kota negara itu sangat mencengangkan.
“Tidak adil kalau dikatakan tidak ada uang,” kata Sadia Uluputti, Anggota DPR yang mewakili Maluku, dalam video yang dikirimkannya ke Mongabe. “Tidak boleh ada permintaan maaf [project] Terkait janji-janji yang dilontarkan Presiden selama lawatan ke Maluku. Adalah kebohongan umum untuk tiba-tiba mengatakan tidak ada uang. ”
Anggota parlemen Maluku lainnya, Abdullah Duasikal, mengaku kesal karena akan didirikan bank baru di Jakarta untuk menggantikan Bank Ikan Nasional. Kebijakan perikanan berdasarkan alokasi dan kuantitas Di dalam air di sekitar kuning telur.
“Bagaimana mungkin nelayan kecil, dengan modal nol, membeli kuota?” Kata Ruslan Tawari, Guru Besar Perikanan Universitas Pattimura Amban.
Di bawah Rencana berdasarkan alokasi Diluncurkan pada bulan Februari, 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia Jumlah ton ikan yang dapat ditangkap oleh nelayan skala kecil, nelayan komersial dan nelayan rekreasi atau dibagi menjadi empat bagian dengan kuota tetap. Alokasi ditentukan setiap dua tahun oleh Komisi Penilai Perikanan Kementerian Perikanan, yang dikenal sebagai Comnas Kazizkan. Menurut Ruslan dari Universitas Pattimura, berbeda dengan rencana Bank Ikan Nasional, “sistem kuota tidak akan menjadikan Malu sebagai pusat pemancingan.”
Ruslan mengatakan pilihan antara dua proyek itu ditentukan oleh politisi. “Bank Ikan Nasional seharusnya tidak hanya menjadi perdebatan politisi, tetapi joint venture dengan publik. Semua manusia bisa berpikir, tapi kita lemah dalam kerjasama,” ujarnya.
Amrullah Usamahu, Sekretaris Jenderal Himpunan Nelayan Indonesia (MPN), sebuah organisasi sukarelawan, dan Amrulla Usamahu, Ketua Himpunan Pelajar Perikanan Indonesia (HIMAPIKANI), juga turut membahas masalah ini.
Mengacu pada rekomendasi pertama Bank Perikanan Nasional sebagai Rencana Strategis Nasional tahun 2010, Amrullah mengatakan, “Progres proyek di bawah kepemimpinan empat Menteri Perikanan ini semakin naik turun.” Di Indonesia bagian timur, “dengan merevitalisasi pelabuhan perikanan di sekitar wilayah Maluku, [improving] Peningkatan logistik, rute dan rantai pasokan perikanan yang diekspor langsung dari Maluku.
Pelabuhan Amban dan industri perikanan publik pada awalnya ditargetkan oleh Pemerintah Pusat sebagai platform untuk pembangunan infrastruktur. Pada pertengahan Maret, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mengumumkan bahwa proyek akan dibatalkan karena, pada studi kelayakan lokasi awal, lokasi yang dipilih di pintu gerbang telah menjatuhkan lebih banyak ranjau ke perairannya sejak Perang Dunia II. Studi kelayakan menemukan bahwa gunung berapi bawah laut juga aktif.
Menurut Amrullah, tidak ada alasan Bank Ikan Nasional dan pelabuhan rehab yang dijanjikan tidak berupa perluasan pelabuhan. “Bahkan pemerintah pusat bisa mengembangkan [the already existing] Upgrade port Amban atau Duel atau port Tobo,” ujarnya. Tidak ada pelabuhan apapun di wilayah timur Indonesia, seperti Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur – pelabuhan perikanan terbesar di angkatan laut, yang terbang ke tepi zona ekonomi eksklusif Indonesia. Laporan berita lain menunjukkan bahwa pembangunan perkotaan yang ada di sekitar pelabuhan tua ini akan membatasi tingkat perluasan potensial.
Amrullah mengatakan Proyek Infrastruktur Nasional kehilangan tenaga ketika perluasan pelabuhan dikaitkan dengan Kawasan Pengembangan Perikanan Bank Perikanan Nasional. “Pembangunan perikanan harus menjadi pusat inisiatif infrastruktur,” katanya. “Kita tidak bisa bicara ekspor ikan kalau tidak ada ikan [and therefore ports]. “
Gambar Spanduk: Sekelompok nelayan tradisional menangkap ikan dengan perahu kecil di lepas pantai Maluku. Foto melalui shutterstock.
Kisah ini pertama kali dilaporkan dan diterbitkan oleh grup Indonesia di Mongabai Di Sini pada kami situs indonesia Pada 18 April 2022.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”