Jakarta, Indonesia (AB) – Indonesia pada Kamis mencabut larangan ekspor minyak sawit selama satu bulan, dengan alasan perbaikan pasokan minyak goreng grosir dan harga domestik.
Presiden Joko Widodo mengatakan ekspor akan dilanjutkan pada Senin.
Indonesia dan Malaysia adalah pengekspor minyak sawit terbesar di dunia, yang memainkan peran penting dalam perekonomian mereka. Mereka menyumbang 85% dari produksi minyak sawit global.
Tekanan pada pasokan minyak goreng global Ini meningkat karena perang di Ukraina, yang menyumbang hampir setengah dari minyak bunga matahari dunia, lebih dari 25% dari Rusia.
Setelah Indonesia melarang ekspor minyak goreng dan bahan bakunya, harga minyak sawit naik 200% atau lebih untuk mengurangi kelangkaan lokal dan meroketnya harga.
Widodo mengatakan pada konferensi pers bahwa pemerintahnya berencana untuk mencabut larangan jika total harga minyak goreng mencapai 14.000 rupee ($ 0,96) per liter. Targetnya belum tercapai tetapi dia memperkirakan akan turun lebih jauh karena akan tersedia di Palmyra dalam beberapa minggu lagi.
“Mengingat pasokan dan harga minyak goreng saat ini dan fakta bahwa industri kelapa sawit memiliki 17 juta pekerja, petani pekerja, dan staf pendukung lainnya, saya memutuskan untuk membuka kembali ekspor minyak goreng pada Senin, 23 Mei,” kata Widodo.
Total kebutuhan minyak goreng nasional sekitar 194.000 ton per bulan, katanya. Sebelum embargo ekspor, pasokan telah mencapai 64.500 ton, setelah itu meningkat tiga kali lipat menjadi lebih dari 211.000 ton per bulan.
Dia mengatakan lembaga penegak hukum sedang menyelidiki dugaan penyimpangan dan penipuan dalam distribusi dan produksi minyak goreng.