Keindahan batik Indonesia mempersatukan negara dalam pameran Hari Batik Nasional – Seni dan Budaya
Radhia Indra (Jakarta Post)
Jakarta
Selasa 12 Oktober 2021
Beberapa istri duta besar dari berbagai negara membenamkan diri dalam keindahan pakaian batik Indonesia pada pameran Healing Tree Batik Fever yang diselenggarakan Yayasan Batik Indonesia pada Hari Batik Nasional, 2 Oktober.
Batik Indonesia yang sudah diakui dunia menjadi tali silaturahmi antar bangsa selama acara berlangsung. Ketua Yayasan Batik Indonesia Yanti Erlanga mengundang 16 istri duta besar dari Spanyol untuk Polandia untuk mengetahui lebih dalam makna motif dari seluruh batik Indonesia.
Healing Tree Batik Fever Fair digelar di Astra 8 Kecamatan Sudirman, Jakarta. Menampilkan tiga kain batik klasik Indonesia: Batik tambalan, yang berarti penyembuhan (koreksi); batik fluktuasi, yang berarti harapan melawan kekosongan; dan batik udan lirisYang berarti ketangguhan dalam menghadapi badai dan rintangan dalam hidup. Ketiga bentuk batik tersebut relevan dengan situasi pandemi saat ini.
Instalasi batik didirikan pada acara ini berupa pohon penyembuh raksasa yang dihiasi kain batik dari berbagai daerah di Indonesia. Para istri duta besar juga diajak untuk mencoba membatik menggunakan alat tradisional yang dikenal dengan a menabrak, yang telah bertahan dari generasi ke generasi dan masih digunakan sampai sekarang.
Bangga: Ibu Farhana Sultana (istri duta besar Bangladesh) mempersembahkan batiknya saat upacara. (Yayasan Batik Indonesia) (Arsip / Yayasan Batik Indonesia)
Pameran ini juga menampilkan kain-kain batik hasil perajin dari berbagai daerah di Indonesia (Betawi, Jawa Barat, Jambi, Jawa Tengah, dll), yang didukung oleh Yayasan Batik Indonesia melalui pameran dan penjualan online.
Batik, teknik pewarnaan tekstil tradisional dalam pola tradisional menggunakan lilin panas, atau kain yang dibuat dengan teknik tersebut, merupakan simbol budaya Indonesia. UNESCO memasukkan batik Indonesia ke dalam Daftar Representatif Warisan Manusia Takbenda pada Oktober 2009, mengklaim bahwa batik “terjalin dengan identitas budaya masyarakat Indonesia”.
Melalui acara ini, Yayasan berharap batik dapat digunakan sebagai pelengkap ruang interior yang memperindah dan meremajakan suasana, selain sebagai fashion piece. Ia juga berharap karya perajin batik Indonesia semakin dikenal di mancanegara.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”