Bangladesh akan segera menandatangani Preferential Trade Agreement (PTA) dengan ekonomi terbesar kelima di Asia, Indonesia, Menteri Perdagangan Tippu Munshi mengatakan pada hari Minggu.
Duta Besar Indonesia Heru Hardando Subolo menggemakan optimisme Mendag tentang perjanjian perdagangan dan mengatakan kemajuan telah dicapai dalam kunjungan kehormatan di kantor Kementerian di Sekretariat.
Tim negosiasi perdagangan yang dibentuk oleh kedua belah pihak akan mengadakan pembicaraan putaran keempat bulan depan dalam upaya untuk menyelesaikan pembicaraan.
Bangladesh saat ini memiliki defisit perdagangan yang besar dengan Indonesia. Pada tahun fiskal 2021-2022, Bangladesh mengimpor barang senilai sekitar $2,5 miliar dari Indonesia, menurut data Bank Bangladesh. Ekspor ke negara Asia Tenggara bernilai $78,5 juta selama periode yang sama, menurut Biro Promosi Ekspor.
Tipu Munshi menyerukan akses ke pasar Indonesia untuk barang-barang Bangladesh, termasuk pakaian jadi, barang kulit dan obat-obatan, untuk mengurangi defisit perdagangan yang besar dan menyeimbangkan hubungan perdagangan bilateral.
Dia mendesak untuk meningkatkan kerja sama antara bisnis kedua negara untuk mengidentifikasi bidang investasi yang menguntungkan dan memperluas peluang perdagangan.
Tipu Munshi mendesak penandatanganan Nota Kesepahaman antara badan perdagangan puncak kedua negara dan Duta Besar Indonesia setuju untuk membantu dalam masalah tersebut.
Duta Besar Indonesia memuji Perdana Menteri Sheikh Hasina karena memimpin perjalanan untuk mengubah Bangladesh dari negara kurang berkembang menjadi negara berkembang, menambahkan bahwa Bangladesh sekarang memiliki peluang investasi yang sangat besar.
Dia mengungkapkan keinginan investor Indonesia untuk mendirikan kilang minyak sawit di Bangladesh.
Disinggung soal kemudahan proses pengadaan visa, Tipu Munshi mengatakan hubungan Bangladesh-Indonesia sangat bersahabat dan prospek pariwisata sangat cerah di kedua negara.
“Dengan penyederhanaan proses pengadaan visa, masyarakat dari kedua negara dapat memuaskan keinginannya untuk bepergian sekaligus memberikan kontribusi bagi perekonomian nasionalnya,” tambah Menkeu.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”