Mendesak perusahaan-perusahaan milik negara di Indonesia untuk mencari peluang baru meskipun terjadi konflik
JAKARTA (ANTARA) – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Eric Tohir pada Sabtu mendesak perusahaan negara mengambil pendekatan yang lebih agresif untuk mencari peluang bisnis baru di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
Dia mengatakan perusahaan-perusahaan milik negara harus melihat permusuhan baru antara Iran dan Israel bukan sebagai hambatan, melainkan sebagai peluang untuk mendorong pengembangan bisnis melalui aksi korporasi strategis.
“Kita harus lebih agresif seperti yang terjadi di masa pandemi Covid-19. Beberapa aksi korporasi sudah kita lakukan, termasuk merger, merger, dan mencari kerja sama baru saat itu,” kata Eric.
Ia mengatakan BUMN harus menjaga momentum bisnis, menunjukkan kepada masyarakat global bahwa Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil meskipun ada ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik.
“Sebaliknya, situasi saat ini menjadi pendorong kita untuk mencari peluang baru,” tegasnya.
Eric juga mengatakan kementeriannya sedang giat mencari calon investor Bank Syariah Indonesia (BSI). Langkah tersebut menyusul pengumuman Bank Rakyat Indonesia dan Bank Negara Indonesia, dua bank milik negara lainnya, terkait rencana divestasi sahamnya di BSI.
Dia menekankan bahwa mitra strategis dan investor memainkan peran penting dalam memfasilitasi keberhasilan pencatatan saham perusahaan pemerintah.
“Investor baru akan membuka pasar baru,” kata Eric. “BSI kini sudah mendunia dengan membuka kantor baru di Dubai dan kini menunggu persetujuan untuk membuka cabang di Arab Saudi.”
Ia menyatakan akan berangkat ke Qatar pada Sabtu malam untuk menjajaki mitra strategis perusahaan pemerintah, khususnya BSI, sedangkan wakilnya, Kartika Wirjuatmudjo, akan memulai misi serupa di Eropa.
Berita terkait: Kementerian RI sedang mencari investor aset negara di Jakarta
Berita terkait: Tujuh perusahaan konstruksi pemerintah digabung menjadi tiga perusahaan