Pemerintah Indonesia meluncurkan kampanye video baru untuk menjangkau generasi muda di wilayah 3T Indonesia
Melalui Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika menghadirkan film pendek yang menyasar Generasi Z dan Milenial.
Jakarta, IndonesiaDan 9 November 2021 /PRNewswire/ – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) telah mengumumkan peluncuran kampanye video baru dengan fokus utama pada literasi digital, menargetkan Generasi Z dan Milenial di daerah terpencil dan tertinggal di Indonesia (3T). Bekerja sama dengan gerakan literasi digital nasional (GLND) Siberkreasi, kampanye ini bekerja dalam bahasa daerah dan berupaya untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya etiket digital dan keamanan online.
Menurut Rizki Amelia, Koordinator Kemenkominfo untuk Literasi Digital, kampanye ini dirancang untuk melibatkan anak muda dan milenial Indonesia. “Milenial dan Generasi Z adalah bagian utama dari target audiens untuk pendidikan literasi digital; mereka hampir 54% dari total populasi negara kita. Sementara itu, dengan lebih dari 43% penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan, itu sangat penting. agar kampanye kita inklusif bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah terpencil dan tertinggal (3T),” kata Rizki.
Memperkenalkan literasi digital dengan konten video yang menarik
Menargetkan Generasi Z dan Milenial dari Kabupaten 3T Indonesia di Jawa Timur Seperti Bondowoso, Situbondo, Bangkalan dan Sampang, video campaign ini menghadirkan film pendek berbahasa daerah Jawa Timur. Film pendek ini juga mengupas banyak isu terkait literasi digital, seperti keamanan online, penipuan elektronik, dan keamanan siber.
“Kampanye literasi digital kami dibuat menggunakan bahasa daerah sehingga kami dapat mengkomunikasikan pesan kami dengan cara yang lebih personal kepada audiens target kami. Itulah sebabnya, misalnya, kami memilih untuk membuat seluruh film dalam bahasa Jawa. Literasi digital harus menjadi sebuah topik yang mudah dipahami, berinteraksi, dan memengaruhi semua orang Indonesiaterlepas dari bahasa ibu mereka.
Mendidik #sakit dan melawan cyberbullying
Dalam film pendek, Siberkreasi membahas bahaya besar lingkungan digital dan menekankan pentingnya memiliki keterampilan berpikir kritis untuk menangkis tipuan dunia maya, penindasan maya, dan penipuan online, menggunakan bahasa gaul dan penceritaan yang cerdas.
Keamanan online dan etika berinternet tetap menjadi perhatian utama bagi pengguna internet Indonesia yang berinteraksi di dunia digital. Menurut Digital Urbanization Index, sebuah laporan global tahunan yang melihat kesopanan dan kerentanan online di kalangan anak muda dan orang dewasa, orang Indonesia berisiko menjadi korban penipuan online dan pelecehan online. Laporan tersebut juga menemukan bahwa hampir 50% orang Indonesia yang disurvei mengaku terlibat dalam cyberbullying.
Sementara itu, baru-baru ini APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) survei Terungkap bahwa 31,6% korban pelecehan dan penipuan online di Indonesia Merasa tidak mampu untuk berdiri. Hal ini terutama terjadi di daerah terpencil dan pedesaan, di mana 38,4% pengguna Internet yang disurvei mengakui kurangnya pengalaman digital.
“Melalui film pendek ini, kami bertujuan untuk mendidik dan mendorong pengguna internet Indonesia yang tepat untuk menjaga lingkungan online yang menyenangkan dan merasa mampu melindungi diri dari bullying dan penipuan online,” kata Rizki.
Film yang diproduksi bekerja sama dengan Racavana Film ini dapat diakses di https://www.youtube.com/watch?v=O9B4lVa6AK4 Tersedia dalam bahasa Jawa dengan terjemahan Bahasa Indonesia.
Tentang Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia
Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia Melalui Ditjen Aptika fungsi utama sosialisasi dan pengembangan infrastruktur digital nasional untuk percepatan Indonesia transformasi digital.
Kementerian bekerja sama dengan gerakan literasi digital nasional Siberkreasi sebagai mitra untuk memberikan edukasi tentang literasi digital kepada khalayak luas melalui berbagai bentuk media. Gerakan ini berfokus pada pemanfaatan literasi digital sebagai sarana untuk meningkatkan kapasitas nasional dan memperkuat bangsa Indonesia.
Sumber Kementerian Komunikasi dan Informatika
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”