Perusahaan-perusahaan di Indonesia memperkirakan pemulihan yang lemah setelah pariwisata pulih pada tahun 2023
ANNE / JAKARTA POST – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan lebih dari 11 juta wisatawan asing mengunjungi Indonesia pada tahun lalu.
Hal ini menunjukkan pemulihan yang kuat pascapandemi dan dunia usaha memperkirakan tantangan yang lebih besar tahun ini karena pengunjung dan calon politisi terus memantau pemilu.
Angka pariwisata pada tahun 2023 hampir dua kali lipat dari angka tahun sebelumnya yaitu 5,9 juta kunjungan, yang menunjukkan pemulihan berkelanjutan setelah penurunan 1,7 juta kunjungan pada tahun 2021 akibat pandemi.
Namun jumlah kunjungan pada tahun 2023 ini masih lebih rendah dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada tahun 2019 yang mencapai 16,1 juta kunjungan, sebelum pandemi.
Namun angka tersebut melampaui target Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang tahun lalu sebesar 8,5 juta kunjungan wisman.
“Kinerja sektor pariwisata pada tahun 2023 sangat baik,” Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Maulana “Alan” Yusran, mengatakan kepada The Jakarta Post.
Ia mengatakan, hal tersebut berkat banyaknya event internasional yang diselenggarakan atau dipromosikan pemerintah sehingga mendorong banyaknya pemesanan pada kategori Meetings, Incentives, Conferences and Exhibitions (MICE).
Salah satu pertemuan tersebut adalah KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang mencakup acara-acara penting di destinasi wisata seperti Bali dan Labuan Bajo, Nusa Tenggara Barat.
Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah beberapa event olahraga internasional, antara lain Piala Dunia FIBA, kompetisi bola basket internasional, dan event MotoGP di Mandalika.
Acara lainnya termasuk konser yang menampilkan bintang internasional seperti Coldplay dan Slipknot di Hammersonic Music Festival.
Allan mengatakan tahun 2024 bisa menjadi masa yang sulit bagi pariwisata mengingat tahun ini mungkin tidak ada acara internasional karena negara tersebut sedang mengadakan pemilihan umum yang dapat berlanjut hingga paruh pertama tahun ini.
Pemungutan suara putaran pertama dijadwalkan pada 14 Februari, tetapi jika tidak ada kandidat yang memperoleh suara mayoritas, putaran kedua akan diadakan pada bulan Juni.
“Kami mungkin akan berada dalam suasana politik sepanjang tahun, terutama jika kami lolos ke putaran kedua,” kata Allan, seraya menambahkan bahwa hal ini akan membuat pemerintah tetap fokus pada politik dibandingkan menghadirkan acara-acara internasional.
Alan mencatat bahwa meskipun jumlah pengunjung tinggi pada tahun lalu, tidak semua destinasi wisata mengalami pemulihan dengan kecepatan yang sama, dan banyak di antaranya yang tertinggal dibandingkan Bali, destinasi wisata asing paling populer di negara ini.
Hotel-hotel di Bali mengalami tingkat okupansi sekitar 54,16 persen pada tahun lalu, lebih tinggi dari angka nasional sebesar 51,27 persen. Secara keseluruhan, okupansi hotel secara nasional mendekati tingkat pra-pandemi sebesar 54,81 persen pada tahun 2019.
Meskipun okupansi hotel akan segera kembali ke rata-rata sebelum pandemi, hal itu tidak berarti saat-saat yang baik bagi semua operator, kata Allan.
“Kalau kita analisa tiap daerah, akan terlihat daerah mana saja yang berkontribusi besar terhadap tingkat okupansi nasional.. Sementara daerah lainnya masih mengalami tekanan berat sehingga masih jauh dari pemulihan,” imbuhnya.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”