KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Economy

Seorang pejabat pemerintah Indonesia mengunjungi Korea Selatan untuk membahas sertifikasi halal

TEMPO.CO, JakartaWakil Menteri Tenaga Kerja RI Afriansyah Noor berkunjung ke Korea Selatan untuk membahas pengembangan sertifikasi halal.

“Saya ingin kunjungan ke Indonesia’s Busan Center (BIC) ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat, khususnya untuk pengembangan sertifikasi halal di Korea,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Selasa.

Noor mencontohkan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 mengatur bahwa pengusaha Indonesia wajib memiliki pengawas halal di perusahaannya. Memiliki pengelola halal sangat penting bagi ekosistem halal.

Selain itu, kata dia, Kementerian Ketenagakerjaan telah menerbitkan Standar Nasional Efisiensi Kerja Indonesia (SKKNI) bagi pengawas halal di Indonesia.

“Indonesia sudah memiliki pengawas halal. Namun belum ada permintaan dari negara lain untuk mempekerjakan mereka,” ujarnya.

Selain pembahasan mengenai penyelia halal, Noor juga membahas persiapan WNI yang bekerja di Korea Selatan melalui program swasta, pemerintah, independen atau individu bersama CEO BIC Kim So Il.

Noor menyarankan agar BIC bekerja sama dengan Pusat Pasar Tenaga Kerja Kementerian dalam menyebarkan informasi lowongan kerja di Korea.

“Saya berharap dapat dikembangkan lapangan kerja bagi calon pekerja migran Indonesia dan pekerja migran di Korea,” ujarnya.

Usai bertemu dengan Kim, Noor mewawancarai pekerja migran Indonesia yang bekerja di perusahaan manufaktur Sejin Valve Industry Busan.

Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Khalil Kumas menyatakan pemerintah Indonesia siap memfasilitasi proses sertifikasi produk halal bagi Korea Selatan.

Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan juga menandatangani nota kesepahaman tentang jaminan produk halal.

Penandatanganan tersebut ditandatangani oleh Menteri Comas dan Menteri Pertanian, Pangan, dan Pedesaan Korea Selatan Chung Hwang-kyun.

Antara

Pilihan Editor: Indonesia mencari dukungan Jepang untuk transisi energi di Asia Tenggara

klik disini Memperoleh Update berita terkini dari Tempo di Google News

READ  Sebagai kreditur dominan, Indrawati mengatakan China harus "meningkatkan" upaya restrukturisasi utang.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."