JAKARTA (ANTARA) – Pemerintah Belanda secara resmi mengembalikan berbagai benda bersejarah kepada pemerintah Indonesia di Leiden pada Senin, kata Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
“Selain penyerahan koleksi sejarah dari Belanda, kedua negara telah menandatangani beberapa dokumen,” kata I Gusti Akung Vesaka Puja, Ketua Panitia Pemulangan Koleksi Indonesia, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Salah satu dokumen yang ditandatangani adalah “Pengaturan Teknis dan Persetujuan Pengalihan Hak dari Kerajaan Belanda kepada Republik Indonesia”.
Menurut Puja, pemulangan koleksi sejarah ke Indonesia dimungkinkan berkat kerja sama dan kerja keras kedua kelompok repatriasi serta dukungan kedua pemerintah.
Panitia Pemulangan menjalin komunikasi yang positif dan efektif dengan Panitia Pemulangan Kolonial Belanda yang dipimpin oleh Lilian Gonçalves-Ho Kong Yew untuk mendorong kembalinya benda-benda bersejarah dari Belanda ke Indonesia.
“Dua tahun lalu kami memulai upaya repatriasi ini. Benda cagar budaya dari Belanda akan segera diserahkan ke Indonesia,” kata Pooja.
Ia menjelaskan, setelah dilakukan penelitian oleh para ahli, empat koleksi artefak yang terdiri dari 132 set artefak Pita Maha Bali, patung singa, pusaka kerajaan Lombok, dan Belati Puputan Klungung akan dikembalikan ke Indonesia.
132 artefak Bali termasuk lukisan, ukiran kayu, perak dan tekstil, diproduksi oleh seniman dari Grup Seni Pita Maha, didirikan pada tanggal 29 Januari 1936 oleh Jokorta Kde Agung Sukawati, I Gusti Nyoman Lempet, dan Walter Spies. , dan Rudolph Bone.
Keempat arca Singasari di Museum Wolkankunde di Leiden merupakan mahakarya abad ke-13 M dan berasal dari candi Singasari yang dibangun setelah kematian raja Girtanagara.
Keempat patung tersebut menggambarkan dewa dan dewi dalam mitologi Hindu: Durga, Mahakala, Nanteswara, dan Ganesha.
Selain itu, ratusan benda yang berasal dari Kerajaan Lombok akan dikembalikan beserta keris dari Kerajaan Klungung Bali.
Benda asal Puri Kagranegara di Lombok ini sebelumnya disimpan di Museum Troppen, sedangkan Petinju Klungung merupakan bagian dari koleksi Museum Wolkenkunde di Leiden.
Menurut Dirjen Kebudayaan Kementerian Kebudayaan Hilmar Farid, penyerahan benda bersejarah itu bukan sekadar pertukaran tapi juga memiliki nilai sejarah.
“Ini mengungkapkan pengetahuan sejarah dan asal-usul artefak sejarah yang tidak diketahui publik,” kata Farid.
Dia mencatat bahwa kerja sama antara kedua negara di bidang repatriasi akan membantu mengembangkan proyek kerja sama untuk museum dan penelitian yang melibatkan para ahli dari kedua negara.
“Akan dibuat skema beasiswa bagi sarjana yang melakukan penelitian di bidang pemulangan benda-benda kolonial,” tambahnya.
Berita terkait: Belanda kembalikan 472 benda budaya ke Indonesia
BERITA TERKAIT: Perusahaan melakukan penelitian temuan arkeologi di Geopark Meratus