Di Indonesia, aplikasi e-commerce Temu mendapat sambutan hangat – The Diplomat
Awal bulan ini, Kementerian Perdagangan Indonesia mengumumkan Dia ditolak untuk ketiga kalinya Aplikasi dari aplikasi e-commerce Tiongkok Teemo untuk mendaftarkan merek dagang di negara tersebut. Penolakan tersebut mencerminkan kekhawatiran terhadap model bisnis aplikasi tersebut, yang memungkinkan pabrik mengirimkan barang langsung ke konsumen, sebagian besar dari Tiongkok. “Dari pabrik ke konsumen tidak sesuai dengan kebijakan kami. Setiap kegiatan dari pabrik ke konsumen harus ada perantara dan distributor,” kata Isi Karim, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan. katanya bulan laluDia berjanji bahwa pemerintah akan “memantau situasi dengan cermat.”
Diluncurkan pada tahun 2022 oleh Pinduoduo, atau PDD Holdings, Temu langsung memberikan kesan di pasar e-commerce internasional. Saya telah mengumpulkan lebih dari 123 juta Dengan jumlah unduhan di Amerika Serikat pada tahun 2023, stoknya telah melampaui Amazon bahkan menggantikan Alibaba di China. Temu saat ini beroperasi di lebih dari 58 negara di seluruh dunia.
Di Asia Tenggara, Timo punya Diperluas Di pasar seperti Thailand, Malaysia dan Filipina, hal ini mendapat perhatian besar. Popularitas yang luas Di berbagai kelompok umur, dari generasi baby boomer hingga Generasi Z, berkat harga yang sangat murah. Daya tarik platform e-commerce terletak pada… Diperkuat Berkat diskon besar dan pengiriman gratis bagi pelanggan yang bersedia menunggu hingga 22 hari untuk pengiriman.
Sebagian besar produk di Temu adalah Sumbernya Dari China, seringkali dari pusat produksi besar seperti Guangzhou dan Yiwu. Jaringan pemasok Temu yang luas di berbagai wilayah di Tiongkok memungkinkan konsumen menjelajahi berbagai kategori produk dari berbagai produsen.
Kesuksesan Timo sebagian besar disebabkan oleh… Dari pabrik hingga konsumen Model bisnis yang melewati penjual dan reseller langsung, tidak seperti platform seperti Shopee atau Tokopedia.
Tidak adanya perantara dalam rantai pasokan Timo merupakan faktor kunci dalam kemampuannya menawarkan harga yang kompetitif, sehingga menjadikannya pilihan yang sangat menarik bagi pembeli yang memiliki anggaran terbatas. Pendekatan langsung terhadap e-commerce ini tidak diragukan lagi berkontribusi pada semakin populernya Timo.
Namun dalam konteks Indonesia, pihak berwenang mengkhawatirkan potensi dampak Teemo. Aplikasi tersebut menimbulkan dua ancaman besar terhadap pasar lokal Indonesia. Pertama, model bisnis produsen-ke-konsumen dapat menurunkan harga produk lokal secara signifikan, yang dapat menyebabkan penurunan tajam dalam penjualan dan pendapatan bagi perusahaan lokal, khususnya usaha kecil dan menengah.
Kedua, produsen timo mendapatkan keuntungan dari akses terhadap bahan mentah yang murah dan tenaga kerja yang besar, sehingga memungkinkan mereka memproduksi barang dalam skala besar dengan biaya rendah. Produk-produk ini kemudian didistribusikan secara luas melalui platform e-commerce, sehingga meningkatkan persaingan dan memberikan tekanan pada bisnis lokal. Sebaliknya, UKM lokal menghadapi biaya bahan baku yang lebih tinggi dan pembatasan upah minimum, sehingga menyulitkan mereka untuk bersaing secara efektif. Selain itu, jaringan logistik TIMO yang kuat meningkatkan kemampuannya untuk menjangkau pelanggan dengan cepat dan efisien.
Teten Masduki, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia, mengatakan, Cepat Ada kekhawatiran bahwa model Timo mengabaikan vendor tradisional, anak perusahaan dan distributor, sehingga menurunkan harga namun berpotensi merugikan UKM dan peluang kerja di Indonesia.
Vicky Sattari, seorang pejabat di kementerian, mengatakan, gema Ia menyatakan kekhawatirannya bahwa masuknya Timo ke pasar Indonesia dapat merugikan dan harus dicegah. Ia juga mencatat bahwa praktik bisnis Temo tidak mematuhi peraturan Indonesia saat ini.
Sejauh ini, pemerintah Indonesia tidak ragu-ragu menggunakan kekuasaan negara untuk melindungi bisnis lokal dan menjaga stabilitas ekonomi. Pada bulan Oktober, pemerintah mengumumkan larangan transaksi e-commerce di platform media sosial, yang menyebabkan TikTok Store, cabang e-commerce yang berkembang pesat dari situs berbagi video populer, menghentikan operasinya. TikTok dengan cepat mematuhinya, meskipun mereka menyatakan penyesalannya atas keputusan pemerintah Indonesia.
Dalam pernyataan yang mengumumkan kebijakan tersebut, Menteri Perdagangan Zulkifli Hassan mengatakan larangan tersebut bertujuan untuk “menciptakan ekosistem e-commerce yang adil, sehat dan bermanfaat dengan mencegah pasar dan penjual di media sosial bertindak sebagai produsen dan memfasilitasi transaksi pembayaran pada sistem elektronik mereka.”
Baru-baru ini, pemerintah Indonesia juga telah melakukan hal yang sama diputuskan Pengenaan bea masuk mulai dari 100% hingga 200% pada tekstil Tiongkok, sebagai upaya melindungi industri tekstil lokal dari persaingan tidak sehat akibat kelebihan kapasitas produksi di Tiongkok.
Pekan ini juga Kementerian Perdagangan dan Komisi Anti Dumping Indonesia Selesai Keputusan bea masuk antidumping atas keramik kini menunggu persetujuan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Tarif anti-dumping yang diusulkan akan berhasil rentang Dari 40 hingga 50 persen.
Dengan mengambil langkah-langkah proteksionisme proaktif ini, Indonesia berharap dapat melindungi dunia usaha dan perekonomian dalam negeri dari potensi dampak negatif – dan menghindari reaksi politik yang mungkin timbul dari gangguan ekonomi tersebut. Meskipun sudah ada tiga upaya untuk mendapatkan izin operasi, Indonesia belum mengizinkan Temo memasuki pasar lokal. Praktek-praktek yang dilakukan di masa lalu menunjukkan bahwa, meskipun potensi popularitasnya di kalangan masyarakat umum di Indonesia, hal ini tidak mungkin terjadi.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”