Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, sedang mencoba menggunakan cadangan nikel terbesar di dunia untuk menarik investasi asing yang akan meningkatkan posisinya dalam rantai pasokan global produksi baterai kendaraan listrik.
Presiden terpilih Prabowo Subianto, yang akan mulai menjabat pada bulan Oktober, telah berjanji untuk melanjutkan kebijakan Widodo.
Pabrik pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL), yang akan dibangun oleh perusahaan Indonesia Anukra Neo Energy Materials dan Goshan Indonesia Materials dari Tiongkok, akan memiliki MHP dan fasilitas dengan kapasitas produksi nikel sebesar 120.000 ton per tahun. Zhejiang Huayou Cobalt Co dari Tiongkok. Huayou telah bersama-sama mengembangkan dua pabrik HPAL di Sulawesi dengan Vale Indonesia.
Yang juga diberi nama strategis adalah proyek gas lepas pantai milik grup energi Italia Eni senilai $11,83 miliar di PSC Terusan Utara di Selat Makasar.
Kepala Menteri Perekonomian Erlanga Hartardo mengatakan pemerintah akan mendukung proyek tersebut dengan mempercepat perizinan, membuka lahan dan membantu mendapatkan pembiayaan.
“Proyek-proyek tersebut akan mendukung program prioritas pemerintah seperti pengembangan sektor hilir, memperkuat ketahanan energi dan pangan kita,” kata Menkeu mengacu pada sektor pengolahan nikel.
(Laporan oleh Stefano Suleiman; Editing oleh Gayatri Suryo dan Nick MacPhee)
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”