Indonesia juga memiliki prospek yang besar sebagai hub pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan ASEAN.
Jakarta (Antara) – Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mendorong kemitraan ASEAN dan Amerika Serikat dalam menghadapi perubahan iklim dan menyoroti tiga aspek penting mitigasi perubahan iklim.
“(Tiga aspek) pendanaan iklim harus dipenuhi, kerja sama transformasi energi harus diperkuat, sementara investasi hijau harus ditingkatkan,” kata Jokowi saat bertemu dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris di Washington, DC, Jumat. .
Oleh karena itu, Ketua meminta negara-negara maju lainnya untuk menghormati komitmen mereka pada pendanaan iklim.
Kepala negara mencatat bahwa selama periode 2000-2019, ASEAN hanya menerima $56 miliar, atau sekitar 10 persen dari total dukungan pendanaan iklim yang diberikan oleh negara-negara maju.
“Saya harus jujur bahwa komitmen negara maju untuk memenuhi pendanaan iklim sangat rendah. Ini menjadi hambatan untuk mencapai NDC secara global.”
Berita terkait: Presiden Jokowi Peringatkan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan
Lebih lanjut, Presiden Jokowi menegaskan bahwa ASEAN tetap berkomitmen untuk meningkatkan persentase penggunaan energi baru dan terbarukan di kawasan, dari 14 persen pada 2018 menjadi 23 persen pada 2025.
“Penawaran (ASEAN) akan membutuhkan investasi energi bersih dan dukungan teknis setidaknya $367 miliar,” katanya.
Dia mencatat bahwa program konversi energi Indonesia akan membutuhkan $30 miliar untuk delapan tahun ke depan.
Presiden menyatakan Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar untuk melaksanakan program konversi energi, termasuk potensi listrik sekitar 437 gigawatt (GW) dari energi surya, angin, dan panas bumi.
Saat ini, penggunaan energi terbarukan di Indonesia baru 0,3 persen dari total potensi.
“Indonesia juga memiliki prospek yang besar sebagai hub pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan (ASEAN),” kata Jokowi.
Presiden juga mencatat bahwa ekonomi hijau dan investasi memiliki potensi besar untuk dikembangkan di masa depan. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme yang efektif untuk memfasilitasi kerjasama pemerintah serta para pelaku di sektor bisnis publik dan swasta.
“Investasi dalam pembangunan infrastruktur hijau bisa menjadi aspek penting kerja sama ASEAN-AS yang membutuhkan setidaknya US$2 triliun dalam 10 tahun ke depan,” tambahnya.
BERITA TERKAIT: Indonesia Tegaskan Kembali Aksi Mitigasi Perubahan Iklim
Berita terkait: COP26: Indonesia tegaskan kembali komitmen atasi perubahan iklim
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”