Klub elit dengan presiden Indonesia masa lalu? Mengapa gagasan calon presiden baru, Prabowo, memicu perdebatan?
Sebuah cara untuk mengkonsolidasikan kekuasaan?
Jika hal ini berhasil, maka hal ini akan membantu Prabowo mengkonsolidasikan posisi kepemimpinannya di klub tersebut, yang menurut para analis sangat menantang pada tahun pertama dan kedua.
Meskipun Prabowo tampaknya mendapat dukungan dari cukup banyak partai untuk menjadi mayoritas di parlemen, PDIP – yang memenangkan persentase besar suara dalam pemilihan legislatif bulan Februari – tidak bergabung dengan koalisinya.
“Seperti yang kita ketahui, PDIP bisa saja menjadi oposisi dan menggagalkan agenda kepresidenan Prabowo sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan,” kata Dr. Ampang.
Selain itu, Ibu Megawati dan Bapak Yudhoyono masih memegang pengaruh dan kekuasaan politik melalui kepemimpinan partainya masing-masing.
Jika Pak Prabowo dapat memainkan peran sebagai “pembawa perdamaian”, hal itu dapat membantunya mengkonsolidasikan kekuasaan, kata Dr Adi Priamaryski, seorang peneliti di Program Indonesia di S Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Universitas Teknologi Nanyang.
Pada awalnya, ia menyarankan, agar Prabowo dapat berkonsultasi secara langsung dengan para pendahulunya, yang akan memberikan saran.
Namun terdapat kekhawatiran bahwa klub presidensial pada akhirnya dapat berujung pada pertemuan politik yang dapat mengganggu proses demokrasi di Indonesia.
Untuk menyatukan semua mantan presiden yang masih hidup dalam satu forum, kata Yoss, Pak Prabowo harus bersedia membuat beberapa konsesi politik yang mungkin harus dibayar mahal.
“Klub ini tidak hanya berperan sebagai badan konsultatif namun juga sebagai forum untuk memastikan kebijakan-kebijakan Prabowo-Kibron terlaksana tanpa adanya oposisi yang kuat dari parlemen,” jelas Yoss.
“Dukungan terhadap klub presidensial ini akan membantu melindungi kode etik Prabowo-Kibran dan legitimasi parlemen, karena para anggota klub tersebut kini adalah politisi paling berkuasa di Indonesia. Mereka semua adalah pembuat keputusan.”
Dr. Adi setuju bahwa Presidential Club dapat memainkan peran penting dalam pemerintahan baru, meskipun pengaturannya mungkin bersifat informal.
“Senioritas dan sentralitas para mantan presiden dapat mempengaruhi pengambilan keputusan di kubu mereka sendiri,” katanya.
Mengenai apakah forum tersebut akan membantu Presiden Joko Widodo, yang dikenal sebagai Jokowi, mempertahankan pengaruhnya setelah mengundurkan diri sebagai presiden, Dr Adi mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi.
“Jokowi memerlukan keterlibatan yang lebih formal untuk mempertahankan pengaruhnya dalam pemerintahan mendatang. Untuk saat ini, ia dapat mengandalkan langsung putranya Gibran untuk melindungi agendanya. Selain itu, kehadiran tokoh politik lain di klub presiden membuat dia bukan satu-satunya poros kekuasaan,” kata Dr Adi.
Tidak semua analis yakin Indonesia siap memiliki klub presidensial.
Perbandingan dengan Klub Presiden Amerika “Prematur”, Karena mantan presiden AS terdiri dari anggota Partai Demokrat dan Republik, kata Yoss – Kecuali Tuan Donald Trump – Mereka menangani massa dengan cara non-partisan.
“Di Indonesia, politik selalu bersifat personal,” ujarnya.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”