Tekanan meningkat terhadap pemerintah Polandia atas skandal penipuan visa yang berujung pada penangkapan tujuh orang dan pemecatan wakil menteri luar negeri.
Pihak oposisi mengklaim bahwa ribuan visa kerja bagi para migran diproses dengan cepat tanpa pemeriksaan yang memadai dan dengan imbalan sejumlah besar uang. Skema tersebut dilaporkan dilakukan melalui konsulat Polandia dan perusahaan perantara.
Tuduhan tersebut dapat merugikan Partai Hukum dan Keadilan yang berkuasa, yang berkampanye dengan platform anti-imigrasi menjelang pemilihan parlemen bulan depan.
Seberapa besar dugaan skema penipuan visa?
Pemerintah Polandia menuduh pihak oposisi membesar-besarkan skala kasus ini dan mengatakan pihaknya sedang menunggu hasil penyelidikan.
Pihak berwenang mengatakan skema tersebut mungkin mencakup penerbitan beberapa ratus visa kerja Polandia di negara-negara Timur Tengah, serta India, Filipina, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan.
Namun pihak oposisi mengatakan jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi. Donald Tusk, pemimpin partai oposisi Civic Platform, mengatakan bahwa sekitar 250.000 visa kerja Polandia telah dikeluarkan di Afrika dan Asia selama 30 bulan terakhir dengan imbalan suap, meskipun dia tidak menyebutkan sumber informasinya.
Dia menggambarkannya sebagai “mungkin skandal terbesar di Polandia pada abad ke-21.”
Media Polandia, yang mengutip sumber-sumber di Kementerian Luar Negeri dan PiS, melaporkan bahwa skandal tersebut terungkap setelah negara-negara UE lainnya melihat sejumlah besar migran masuk dengan visa Polandia.
Imigran dengan visa ini dimaksudkan untuk tinggal dan bekerja di Polandia. Namun, mereka juga dapat melakukan perjalanan ke negara lain di Uni Eropa, seperti Jerman, karena Polandia merupakan bagian dari wilayah Schengen yang bebas perbatasan.
Apa dampaknya?
Pada akhir Agustus, ketika skandal tersebut pertama kali muncul di media, Wakil Menteri Luar Negeri yang membidangi urusan konsuler, Piotr Wawrzyk, dicopot dari jabatannya. Pemerintahannya juga digerebek oleh badan antikorupsi Polandia.
Jaksa mengatakan pada hari Kamis bahwa tujuh orang, tidak satupun dari mereka adalah pejabat negara, ditangkap karena dugaan penipuan visa.
Reuters melaporkan pada hari Jumat bahwa kepala Departemen Hukum di Kementerian Luar Negeri diberhentikan dari jabatannya.
Pemerintah berada di bawah tekanan sebelum pemungutan suara
Skandal ini terjadi pada saat yang sulit bagi Partai Hukum dan Keadilan yang berkuasa, yang sedang mengupayakan pemilihan kembali untuk masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam pemilu tanggal 15 Oktober.
Meski unggul dalam jajak pendapat, ia kemungkinan besar tidak akan mampu meraih cukup dukungan untuk meraih suara mayoritas.
Sikap anti-imigrasi partai tersebut adalah bagian penting dari kampanyenya. Pemerintah telah berulang kali menolak menerima migran berdasarkan program pembagian beban Uni Eropa. Mereka juga membangun tembok baja di sepanjang perbatasan dengan Belarus untuk mencegah masuknya migran.
nm/sms (Reuters, AFP)
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”