Rejeki nomplok miliarder petrokimia Prajojo Pangestu dari taruhan energi panas bumi menjadikannya orang terkaya di Indonesia.
Miliarder petrokimia dan energi Prajogo Pangestu, 79, telah menjadi orang terkaya di Indonesia, dengan kekayaan bersih lebih dari $40 miliar, menurut Real-Time Billionaires List. Jumlah ini mewakili peningkatan tujuh kali lipat dari daftar miliarder dunia yang diterbitkan awal tahun ini, yang memiliki kekayaan sebesar $5,3 miliar.
Pangestu menyalip miliarder batubara Low Tok Kwong, yang sejauh ini menduduki peringkat pertama dengan kekayaan bersih $26,5 miliar. Kakak beradik R. Buddy Hartono dan Michael Hartono juga turun ke posisi ketiga dan keempat orang terkaya, dengan kekayaan bersih masing-masing mencapai $24,8 miliar dan $23,7 miliar.
Sebagian besar rejeki Pangestu disebabkan oleh tingginya nilai kepemilikan sahamnya di produsen panas bumi Pareto Renewable Energy, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia bulan lalu. Saham perusahaan telah meningkat lima kali lipat sejak saat itu, dengan lonjakan 25% tercatat dalam satu hari pada minggu lalu. Hal ini berujung pada pemadaman listrik dan menyebabkan bursa menghentikan sementara perdagangan saham perseroan pada Jumat pekan lalu untuk membatasi fluktuasi harga. Perdagangan dilanjutkan pada hari Senin tetapi kapitalisasi pasar masih sekitar $45 miliar, naik dari $8,3 miliar saat dicatatkan.
Barito Renewables merupakan induk perusahaan Star Energy Geothermal Group, produsen listrik panas bumi terbesar di Indonesia dengan kapasitas 886 MW. Star Energy mengoperasikan tiga proyek panas bumi di provinsi Jawa Barat, dan memiliki izin untuk melakukan eksplorasi di beberapa bagian provinsi Maluku Utara dan Lampung. Menurut perusahaan riset, Pikirkan Energi GeoIndonesia merupakan produsen listrik panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, dengan kapasitas pembangkitan panas bumi sebesar 2.356 megawatt pada akhir tahun lalu.
Tahun lalu, Green Era, sebuah kendaraan tujuan khusus yang berafiliasi dengan kantor keluarga Pangestu di Singapura, mengambil alih Star Energy, mengakuisisi saham ketiga di BCPG Thailand senilai $440 juta. Sisa sahamnya sudah dimiliki oleh Pareto Pacific, emiten holding dimana Pangestu memegang saham mayoritas.
Investor optimis terhadap prospek pertumbuhan perusahaan di tengah hype seputar energi panas bumi, yang mendapat dorongan dari penciptaan pasar perdagangan karbon di Indonesia, kata Yusua Zisukhi, analis dari Samuel Securitas Indonesia, melalui email.
Pangestu juga baru-baru ini mendapatkan keuntungan dari investasinya pada emas hitam. Saham perusahaan pertambangan batu bara miliknya, Petrindu Jaya Cresi, telah meningkat secara mengejutkan sebesar 30 kali lipat sejak IPO pada bulan Maret. Seminggu setelah debutnya, bursa memperingatkan adanya “aktivitas tidak biasa” dalam perdagangan sahamnya. Pekan lalu, perdagangan saham perusahaan ini juga sempat terhenti setelah sahamnya naik 15%, terdongkrak kabar perusahaan telah mengakuisisi 34% saham kontraktor batu bara Petrosea. Baru-baru ini, perusahaan juga mengakuisisi 100% Multi Tambangjaya Utama, sebuah tambang batu bara Indika Energy. Saham tersebut telah kembali diperdagangkan.
Baru-baru ini, kenaikan harga saham telah menarik perhatian regulator di Indonesia dan mendorong diambilnya langkah-langkah untuk melindungi investor. Pada bulan Juni, bursa memperkenalkan papan daftar pantauan untuk memantau saham-saham tertentu seperti saham-saham yang memiliki likuiditas perdagangan rendah, dan kriteria lainnya.
Putra seorang pedagang karet, Pangestu memulai usahanya menjual kayu pada akhir tahun 1970an. Ia mendirikan perusahaannya, Barito Pacific Timber, pada tahun 1993 dan mengubah namanya menjadi Barito Pacific setelah melakukan diversifikasi ke bidang bisnis lain. Pada tahun 2007, Pangestu mengakuisisi 70% saham perusahaan petrokimia Chandra Asri dan empat tahun kemudian menyelesaikan merger dengan Tri Polyta Indonesia untuk menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di negara ini. Pada tahun 2021, Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri.
Pangestu sudah mempersiapkan generasi penerus untuk menggantikannya. Putra sulungnya, Agus Salim, bekerja bersamanya sebagai direktur utama Barreto Pacific. Putrinya, Nancy Pangestu Tabardel, menjalankan kantor keluarga serta Green Era, di Singapura. Putra bungsu Pangestu, Paritono, menjabat sebagai wakil presiden komersial dan direktur Chandra Asri.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”