KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Restorasi film klasik Indonesia bisa membuka wawasan anak muda
entertainment

Restorasi film klasik Indonesia bisa membuka wawasan anak muda

Dengan tidak adanya forum tontonan (untuk film klasik dan restorasi), menjadi sulit untuk menonton film masterpiece dari generasi ke generasi

JAKARTA (Antara) – Mengembalikan film klasik Indonesia dengan akses pemutaran dapat membuka wawasan baru bagi penonton muda, kata pengamat film Hikmet Darmawan dalam diskusi daring, Minggu.

“Jika tidak ada forum tontonan (untuk film klasik dan restorasi), menonton film besar secara turun temurun menjadi sulit,” jelas Darmawan yang merupakan wakil presiden Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

Sutradara dan programer film Ivan Ismail menyatakan bahwa memulihkan film klasik Indonesia tidak sesederhana kelihatannya setelah banyak tantangan.

Ismail menjelaskan, “Yang pertama berkaitan dengan teknologi, apalagi kalau restorasi film, dan (harus) memperbaikinya secara fisik. Restorasi digital relatif lebih mudah karena yang diedit atau dibersihkan adalah foto digitalnya.”

Berita terkait: Menciptakan ruang yang aman dan inklusif bagi perempuan di industri film Indonesia

Ismail mencontohkan, tantangan selanjutnya adalah hak kekayaan intelektual film tersebut.

“Masalah hak film adalah di mana dan siapa pemilik film itu. Kadang kalau filmnya sudah tua, kita merasa bahwa produk atau rumah produksinya sudah tidak ada lagi. Itu yang harus diselesaikan dulu, dan prosesnya juga tidak mudah,” dia menjelaskan.

Sementara itu, Festival Film Internasional Madani akan menghadirkan film restorasi “Titian Serambut Depilah Togoh” (1982) pada Rabu (27 April) di Bioskop Jakarta Pusat pada pukul 14.00 waktu setempat.

Berita terkait: Pemerintah siapkan dua rencana bantuan untuk industri film: Kementerian

Menurut Ismail, Titian Serambut Debla Toguh memiliki kemampuan untuk menggugah kompleksitas umat Islam Indonesia.

Titian Serambut Dibela Tojoh adalah sebuah film hasil kerjasama dengan sutradara Charul Umam dan penulis skenario Asrul Sani pada tahun 1982 dan merupakan film “daur ulang” dari Sani dengan judul yang sama pada tahun 1959.

READ  Kecelakaan pesawat di Indonesia: Keluarga menuntut Boeing karena pesawat cacat terbang, World News

Film tersebut memenangkan Penghargaan Skenario Terbaik pada Festival Film Indonesia (FFI) 1983 serta Penghargaan PWI Jaya untuk Film Drama Terbaik.

Berita terkait: Pemerintah mewajibkan snapshot cadangan untuk pelancong Idul Fitri yang masuk

Berita terkait: Defend ID harus meningkatkan standar konten lokal: Jokowi

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."