KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Top News

Tarif Indonesia mengguncang bauran ekspor nikel lagi

Indonesia berencana untuk membentuk kembali pasar nikel global

Ini adalah produsen nikel terbesar dan paling cepat berkembang di dunia, yang digunakan dalam baterai stainless steel dan kendaraan listrik (EV).

Ini melarang ekspor bijih nikel pada tahun 2020, memaksa sektor pertambangannya untuk membangun kapasitas pemrosesan. Aliran besar bijih ke pabrik baja tahan karat China telah digantikan oleh ekspor nikel pig iron (NPI) dan feronikel.

Pemerintah Indonesia kini berencana mengenakan pajak ekspor kedua produk tersebut untuk memacu lebih banyak investasi dalam kapasitas baja nirkarat dalam negeri.

Namun, ketika aliran pemrosesan nikel stainless dan baterai mulai bergabung, jalur tersebut akan lebih memiringkan bauran produk Indonesia ke nikel sebagai input baterai.

Ekspor berubah setelah pelarangan bijih
Ledakan nikel Indonesia pada awalnya dibatasi oleh keinginan China untuk mengolah bijih menjadi NPI sebagai input stainless steel.

Pada tahun 2006, Cina mengimpor 161.000 ton bijih Indonesia.

Tahun berikutnya Indonesia melarang ekspor bijih tersebut. Ini sebagian membalikkan larangan pada tahun 2017 dan kemudian memutuskan untuk melarang ekspor lagi pada tahun 2020, kali ini untuk selamanya. Flip-flop kebijakan itulah yang menyebabkan gejolak berulang di pasar nikel saat itu.
Larangan ekspor telah ditentang oleh Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia, tetapi bertujuan untuk memperluas kapasitas pemrosesan nikel tingkat pertama dengan cepat.

Impor bijih Cina dari Indonesia turun menjadi hanya 856.000 ton tahun lalu, termasuk beberapa bijih besi nikel tinggi yang salah diklasifikasikan.

Sebaliknya, impor NPI Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun 2014, tahun ketika bijih asli dilarang, China mengimpor 7.000 ton NPI dan feronikel Indonesia, yang termasuk dalam kode tarif yang sama.

READ  Di dalam pengenalan pabrik vinyl baru di Indonesia, PHR Pressing

Tahun lalu mencapai 3,14 juta ton. Dalam enam bulan pertama tahun ini, alirannya meningkat lagi 45% menjadi 2,28 juta.

Meskipun operator Cina, Grup Singshan, telah membangun kapasitas baja tahan karat di Indonesia, meskipun dalam bentuk yang ditingkatkan, jelas bahwa banyak nikel Indonesia masuk ke pabrik Cina.

Sekali lagi mengubah campuran
Akselerasi arus ekspor tersebut menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

Menurut Deputi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto, pajak terkait harga nikel bisa datang pada kuartal saat ini.

Kajian parlemen sedang dilakukan untuk membatasi jumlah NPI dan pabrik feronikel yang beroperasi di negara tersebut. Saat ini ada 16 tetapi jumlah itu akan meningkat menjadi 29 dalam lima tahun, menurut data dari Kementerian Pertambangan.

Pemerintah khawatir banyak smelter yang menggunakan cadangan nikel negara terlalu cepat untuk mengekspor produk yang nilainya masih relatif rendah.

Pajak ekspor akan menjadi cara cepat untuk membendung aliran NPI dan feronikel ke China, yang sekali lagi akan mengubah gambaran perdagangan nikel antara kedua negara.

Mengintegrasikan Jalur Proses
Tidak ada keraguan bahwa pemerintah Indonesia terus mendorong untuk memindahkan sektor nikel lebih jauh ke dalam rantai nilai tambah.

“Yang perlu didorong adalah ekspor baja tahan karat atau setidaknya nikel sulfat,” salah satu anggota parlemen yang saat ini mempelajari pertanyaan kapasitas NPI mengatakan kepada Reuters.

Komentar ini menangkap realitas baru tentang industri nikel Indonesia.

Nikel adalah paduan tahan karat dan jalur pemrosesan nikel sebagai input baterai secara historis berbeda, tetapi operator Indonesia berupaya untuk menutup celah tersebut.

Beberapa menggunakan teknologi pelindian asam tekanan tinggi untuk memproses bijih menjadi endapan hidroksida campuran (MHP), yang pada gilirannya dapat diubah menjadi nikel sulfat, input yang disukai untuk pembuat baterai.

READ  EKSKLUSIF: Lula mendorong aliansi hutan COP Brasil-Indonesia-Kongo jika terpilih

Lainnya, termasuk Singshan, bertujuan untuk mencapai tujuan yang sama dengan bahan kimia ramah baterai dengan mengubah bijih menjadi nikel matte.

Perebutan bahan baterai saat ini, yang telah mengurangi ekspor feronikel dan NPI, bisa berarti lebih banyak nikel tingkat baterai daripada lebih banyak baja tahan karat.

Kemiringan baterai
Perdagangan nikel Indonesia dengan China sudah menunjukkan kecenderungan terhadap produk baterai.

Meskipun impor nikel matte China di masa lalu sederhana, mereka telah meningkat lebih dari empat kali lipat menjadi 55.000 ton sepanjang tahun ini. Jumlah matras Indonesia yang benar-benar baru mencapai 41.000 ton pada Januari-Juni.

Impor produk antara Indonesia, yang termasuk dalam kategori PLTMH, menjadi fitur reguler perdagangan nikel kedua negara pada April tahun lalu. Total impor pada tahun 2021 adalah 55.000 ton. Angka Januari-Juni tahun ini sudah mencapai 156.000 ton.

Kedua produk tersebut akan disempurnakan lebih lanjut menjadi bentuk sulfat untuk kapasitas produksi baterai terbesar di China.

Indonesia China ingin membangun baterainya di Indonesia dan secara aktif menghubungkan perusahaan otomotif seperti Tesla dengan sumber daya mineralnya.

Tarif ekspor yang diusulkan dapat sangat berdampak pada aliran nikel kelas stainless ke China, tetapi hal itu menjadi preseden yang tidak menyenangkan untuk arus ekspor produk baterai yang masih baru jadi.
Sumber: Reuters (Sunting: David Holmes)

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."