KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Tumbuh Rasa Sakit dari Start-up – Editorial
Top News

Tumbuh Rasa Sakit dari Start-up – Editorial

Dewan Redaksi (The Jakarta Post)

Jakarta ●
Senin, 7 November 2022

2022-11-07
06:00
0
f9a0243f8457f3abdb3d12d14d120f78
1
tajuk rencana
Start-up, Unicorn, Decacorns, Indonesia, Singapura, Asia, Pendidikan, Modal Ventura
Gratis

Meski Indonesia dianggap sebagai produsen start-up terbesar di Asia Tenggara, jumlah unicorn yang diproduksi di dalam negeri terus tertinggal dari Singapura.

Pada saat yang sama, para pendiri start-up di sini mencari negara-kota tetangga sebagai “kiblat” untuk menarik pendanaan awal dan awal dari investor asing.

Mereka merasa bahwa karena Singapura adalah pusat keuangan yang hebat, memaksa kehadiran mereka di sana untuk mengumpulkan uang mempercepat go global mereka. Apakah ini benar?

Hingga tahun 2021, jumlah start-up di ASEAN dengan valuasi lebih dari 1 miliar telah mencapai 21 perusahaan, terdiri dari 17 unicorn dan empat decacorn, mengutip data CB Insights.

Singapura tercatat sebagai produsen unicorn dan decacorn terbesar di kawasan ini, dengan total 11 perusahaan, delapan unicorn dan tiga decacorn.

Meski demikian, Indonesia masih dikenal sebagai hub startup terbesar di kawasan dengan total 2.219 perusahaan per tahun 2021. Nusantara juga tercatat sebagai produsen start-up terbesar kelima di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Amerika Serikat. Kerajaan dan Kanada. Indonesia tertinggal dari Singapura, sehingga banyak yang harus mengangkat alis.

Alasan pertama, menurut para ahli, adalah kurangnya pendidikan keterampilan digital yang berkualitas. Kesenjangan ini menyulitkan Indonesia untuk menciptakan start-up kelas dunia karena yang penting bukan hanya kualitas tetapi juga jumlah sumber daya manusia yang mendukung ekosistem.

Kedua, unicorn lokal cenderung hanya fokus pada pasar lokal, bukan wilayah. Hanya sedikit yang berani menembus pasar yang lebih luas.

READ  Setelah masa gejolak, perlindungan IDERA kini meluas ke pemberi pinjaman luar negeri di Indonesia

Ketiga, depresiasi rupee terhadap dolar AS—patokan yang digunakan untuk menentukan penilaian unicorn—mencegah start-up lokal melewati angka $1 miliar.

Keempat, masyarakat Indonesia terlambat menyadari pentingnya teknologi informasi bagi pembangunan ekonomi. Hal ini karena sumber daya manusia cenderung terkonsentrasi pada industri yang sudah mapan seperti alat berat, mobil, asuransi dan perbankan.

Namun, memproduksi unicorn bukan satu-satunya kriteria yang menentukan kualitas ekosistem start-up suatu negara. Secara khusus, dari perspektif pembukuan, unicorn mengandalkan “skema pembakaran uang” yang memengaruhi sebagian besar, jika tidak semua, lingkungan keuangan secara keseluruhan.

Investor Indonesia juga lebih fokus pada start-up tahap awal untuk centaurus, sementara lebih memilih untuk menempatkan pemain baru dengan “nama besar atau aktor” di belakang mereka, sehingga sulit bagi pendatang baru yang kurang dikenal untuk menarik perhatian investor.

Di sisi lain, sebagian besar start-up Singapura “siap perang” dalam hal go global, mendorong pemodal ventura di negara itu untuk fokus mendanai unicorn daripada centaur.

Kekhawatiran utama di atas isu proliferasi adalah kurangnya pemodal ventura yang tertarik dengan unicorn lokal di Indonesia. Perkalian membuat nilai start-up tahap awal lebih tinggi dari yang sebenarnya, karena model investasi modal ventura bertujuan untuk memberikan keuntungan kepada start-up dengan modal sendiri.

Sementara itu, unicorn dinilai memiliki valuasi yang cukup tinggi sehingga menyulitkan pemodal ventura untuk meraih kelipatan saat berinvestasi di tahap awal.

Pada akhirnya, pertumbuhan start-up Indonesia akan memakan waktu lebih lama untuk bersaing dengan rekan-rekan mereka di Singapura. Jangan lupa bahwa pendapatan per pengguna berbeda di kedua negara, sehingga pengeluaran orang dan ukuran modal menjadi alasan utama di balik pesatnya pertumbuhan unicorn di negara Merlion.

READ  Lebih dari 100 sapi Australia mati dalam perjalanan ke Indonesia


LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."